Terbukanya Kembali Sebuah Luka



Kita selalu saja mudah terpancing untuk patah hati.
Mengais-ngais kenangan lalu yang bahkan sudah terkubur lama oleh waktu.
Selama ini, semua rasa sakit dan pedih memang belum pulih dengan sempurna. Namun jujur, untuk mengatakan "aku tidak mengapa" memang jadi solusi sementara untuk berpura kuat seolah aku tak pernah terluka.

Aku hanya sekedar mengetuk kenangan, namun yang terjadi justru berlebihan. Luka dan sayatan yg harusnya sudah lama sirna, kini kembali terbuka dan semakin dalam tertikam.

Bukannya mengundang air mata, justru rasa benci kembali datang seakan tak pernah hilang sebelumnya.

Aku benci, benci mengakui bahwa aku pernah mencinta sedemikian dalam. Benci untuk mengakui bahwa aku termakan oleh harap yang mungkin saja sengaja kau jadikan umpan.
Membiarkan kamu begitu nikmat mempermainkan hatiku dan menjadikanya pekat.

Kamu adalah perempuan yang terbaik dalam urusan menghancurkan. Kau biarkan aku berusaha sendirian dan bermain dengan harap yang aku letakan seluruh hatiku disana.

Bila saja aku boleh mengeluh, ingin sekali aku mencoba kembali ke masa itu.
Dimana yang ku kenal hanya senyummu, bukan khianatmu.

Kamu pandai sekali mengolah kata, hingga kau tumpahkan salah pada aku yang tak berusaha secara sempurna. Karena nyatanya justru sebaliknya, kau telah meletakan hatimu jauh dari genggamku. Hingga begitu sulit untuk ku raih, asinnya hujan bercampur air mata seakan tak mampu membuatmy berhenti untuk menjauh, semakin jauh. Hingga kau begitu dalam berada dekapnya. Dekapan semu yang bahkan tak benar-benar meletakan harap pada pundakmu.

Terima kasih untuk lukanya. karena kini, aku telah menjadi teguh setelah kamu memastikan diri untuk lari dari dekapku.

Komentar