Sajak Pengurai Sendu


Berawal dari sajak-sajak yang kupenggal dengan harapan kau memahami.
Dari patahan-patahan sajak yang terisi penuh akan berbagai ironi.

Namun harapanku kini akan selalu ada, demi keteguhan hati untuk berdiri.
Mungkin kau terasa lupa dengan kalimat sarkatis yang menyulut api.

Kau tumpahkan dawat yang mengundang sepi.
Dan membuat daya khayalku kian terkikis bagai terisolasi.

Meski tak terlalu rindang, kuharap bayang ini tetap membuatmu teduh dan enggan berlari.
Ku patuk perlahan tepi langit, sambil berharap hujan turun untuk mengurai sendu.

Distorsi kata yang teruntai, kian membuat malam tak lagi memiliki rasa.
Kau rajut ketidakpastian didalam angan, mencoba mengulur benang dengan harapan aku menggapainya.

Setelah aku menggenggam, justru engkau yang melepas.

Kau menolak untuk mendengar.
Kau mengabaikan lirih yang kian tertatih.
Melepas angan yang tengah melambung.

Hingga pada akhirnya.
Hanya tersisa hening dan kening yang kembali berkeringat.

Komentar