Waktu yang Berharga (Bagian 1)


Arggghhhhhhhhh, suara teriak gue akhirnya keluar setelah terbangun dengan tidak sengaja setelah mengalami suatu mimpi yang (sepertinya) buruk malam ini. Setelah meneguk segelas air putih dari gelas yang tidak berwarna putih gue kembali berniat untuk melanjutkan tidur dengan harapan yang tinggi bahwa mimpi itu tidaklah terulang lagi, Namun setelah memejamkan mata selama setengah jam, gue tak kunjung terelelap dan malah kesulitan untuk tidur kembali. Setelah berusaha menghitung domba, sapi, gajah hingga jerapah dalam angan-angan yang membutuhkan usaha keras untuk menciptakan mereka semua (bukan dia) akhirnya gue bisa terlelap lagi.

Yoooo Ardian,, bangunnnn dong udah pagi nih teriak sang pemilik tahta tertinggi di kerajaan (rumah) ini, siapa lagi kalau bukan ibu, bahkan bapak pun pasti akan terdiam dan cuma senyum-senyum aja saat melihat ibu tengah memarahi anak yang paling ganteng (karena kakak gue perempuan) di rumah ini. Woiii,, nakkkkk buruan buruan bangun, ibu sudah masak nasi goreng kesukaan kamu nih, Setelah mendengar kalimat ajaib tersebut, gue yang mendapat kekuatan Flash (Superhero yang bisa lari cepat) entah dari mana ini langsung keluar kamar dan menyerbu dapur dengan ruangan yang sudah harum dengan aroma nasi goreng yang memang merupakan makanan favoritku. Plakkkk ,suara tamparan yang (terasa) keras telah menghantam tangan suci ini dikala mau menyendok nasi goreng hangat yang bercokol di piring dengan warna biru yang memang piring favorit gue kala itu.

Uhhhhhhh.... Sakit mba, ada apaan sih nampar-nampar.kan ini punya gue mba. Jerit ku sambil meringis setelah melihat sang pemilik tangan yang berani menampar tanganku sepagi ini (iya pagi, jam 6 sih lebih tepatnya). Iyaaa itu emang punya elu, tapi cuci muka dulu kek, sikat gigi juga sekalian. lu bisa betah makan dengan muka penuh iler kaya gitu. dasar JOROK. Sengaja gue bold biar kalian semua tahu, kalau saat itu dia mengatakannya dengan suara yang teramat keras.

Nih anak pagi-pagi udah berantem aja, udah-udah Kata sang Raja (Bapak maksudnya) sambil menjauhkan wajah gue dan si mba yang yang siap nyeruduk satu sama lain. Setelah gue pergi ke kamar kecil/kamar mandi/toilet dan apapun sebutannya, gue kembali menghampiri piring kesayangan gue yang entah kenapa terlihat cantik pada pagi ini (sudah pasti karena nasi gorengnya).

Ini kan ayam bu, ibu masak nasinya pake ayam? wihhhhhhh sahut gue kegirangan setelah berhasil menemukan daging ayam yang udah disuwir-suwir ketika mengaduk-aduk nasi goreng favorit gue. karena menurut gue, tidak ada koki, chef, atau juru masak manapun yang bisa membuat nasi goreng yang seenak buatan ibu. Iya dii, semalem bapak mu beli ayam di supermarket sebrang jalan itu lho. tapi enak ga nih masakan ibu hari ini?? tanyanya yang sudah pasti mengaharap gue memujinya pagi ini. Iya buu enak banget nih, apalagi pake ayam. alhamdulillah ya.  sumpah ini bukan gimik guys. ini jujur dari hati aseekkkkk...

Tak terdengar suaranya, mba gue yang paling cerewet itu sudah menggenggam remote TV sambil mengunyah sarapannya yang gue rasa ga bakalan cukup kalo gue yang makan. (dikit amat coyy, mau diet katanya). Berniat untuk membuat suaranya terdengar lagi, disaat dia terlalu fokus menonton acara favoritnya (kartun jepang yang ninja-ninjaan yang sebenernya acara favorit gue juga) dengan niat yang sudah bulat melihat ibu dan bapak terlalu fokus makan dan menikmati obrolan mereka yang entah apa itu, yang penting sih bukan karena nilai matematika gue yang anjlok sih , terserah deh mereka mau bahas apa. bahas masa muda mereka, atau masa-masa pdkt yang katanya lebih manis dibanding masa pacaran. Padahal menurut gue masa PDKT mereka pasti sangat sulit banget. mengingat Facebook, Whatsapp, Tinder, Instagram belum tercipta dari tangan-tangan sakti para programmer masa kini. mengingat penjelasan gue sebelumnya, masa PDKT mereka pasti sangat susah kan ya. sebelum gue berpikiran terlalu dalam mengenai hubungan orang tua gue dimasa lalu yang gue juga gatau gimana bisa ketemu, kan kalo jodoh Tuhan yang nentuin.. saiikkkk hehehe

Akhirnyaa, sahutku di dalam hati setelah mengambil sendok yang ada di piring mba lalu kembali ketempat gue semula, yakni didepan pintu. oiya ngomong-ngomong (kalo kata anak gaul jaman sekarang by the way) gue suka banget makan di depan pintu dan alasannya cuman satu, biar bisa ngerasain angin alam yang gue rasa lebih enak dibanding angin dari kipas ataupun AC yang malah mengundang masuk angin, sakit paru-paru, kedinginan dan sebagainya. Sambil menunggu reaksi dari Mba gue yang tercintaahhh itu berteriak, gue menguyahh nasi goreng terenak ini dengan kunyahan-kunyahan lembut dan dengan sangat perlahan hehehe. namun kenyamanan yang gue rasakan tidak bertahan cukup lama karena sang Kakak/Mbak/Teteh apapun sebutannya, sedang menatap sinis dan bersiap melayangkan garpunya ke arah gue. Dengan aura preman yang sangat kuat di dalam dirinya, gue yang berperan sebagai adik yang polos ini dapat merasakan niat jahatnya meski arah tatapan gue sedang tidak mengarah kepadanya.. Hingga........


Komentar